Fotoku Foto Bersama Foto woles Foto sendiri Foto Daun

Senin, 07 Januari 2013

Hartati Murdaya


Hartati Murdaya

Hartati Murdaya

Wanita super intens ini adalah salah satu konglomerat terpenting di Indonesia. Ia juga mengaku sebagai orang yang sekedar menjalankan karma.
Pengusaha Siti Hartati Tjakra Murdaya adalah satu-satunya wanita Indonesia yang tercantum sebagai pengusaha nasional terkaya versi Majalah Forbes tahun lalu. Dari 40 nama yang dipublikasikan majalah asing itu, dia dan suaminya, menduduki posisi ke-16. Kekayaan bersihnya diestimasikan sekitar 430 Juta Dollar (sekitar 3,9 trilyun rupiah).
Namanya pun sering muncul di media masa, karena ia memang pernah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Masyarakat. Apapun laporan media mengenainya, dan memang ragamnya banyak, tidak ada yang mendebat bahwa Hartarti adalah seorang pengusaha yang intens, berkerja keras, dan tidak pernah gentar untuk meraih kesempatan atau, bila perlu, berdebat atau berpolemik dengan pihak-pihak lain. (more…)

Aburizal Bakrie



Aburizal Bakrie/Antara
Tak diragukan Indonesia memiliki beberapa konglomerat yang memiliki kekayaan yang cukup besar untuk skala nasional, bahkan internasional. Sebuah situs lokal baru yang menyoroti para konglomerat di Indonesia, Indorichest, baru saja mengeluarkan daftar orang-orang kaya di negeri ini.
Satu hal yang mengejutkan adalah dua pengusaha terkenal justru gagal masuk daftar 25 orang terkaya di Indonesia. Dua pengusaha itu adalah Aburizal Bakrie atau yang akrab disapa Ical pemilik Bakrie Group yang bersiap mencalonkan diri menjadi presiden dan Hary Tanoesoedibjo 

Sri Mulyani Indrawati


Sri Mulyani Indrawati 

Presiden Gus Dur kembali meramaikan wacana (menurut Jaksa Agung) nasional dengan menyatakan bahwa akan dilakukan penundaan proses hukum kepada tiga konglomerat yaitu Shinivasan, Sjamsul Nursalim, dan Prajogo Pangestu dengan alasan tidak ingin mengganggu ekspor Indonesia. Begitu banyak komentar berhamburan mengenai pernyataan tersebut, dari mulai tuduhan terjadinya intervensi hukum, kemungkinan mobilisasi dana untuk melanggengkan kekuasaan, hingga kecurigaan terciptanya kroni baru. Sebaliknya pernyataan dan klarifikasi dari para pembantu dan juru bicara Presiden adalah bahwa apa yang dinyatakan baru sekedar wacana. Kita coba menyimak dan mengembangkan wacana tersebut terutama dari aspek pertimbangan ekspor.
Kriteria yang digunakan oleh Presiden untuk memberikan perlakukan khusus adalah peranan mereka dalam ekspor nasional. Argumen tersebut langsung dibantah oleh para pelaku ekspor lain yang merasa memiliki kontribusi dan peran yang lebih besar dan signifikan. Namun bila pertimbangan dan perhatian Presiden terhadap kinerja ekspor Indonesia memang benar-benargenuine dan tulus banyak persoalan yang dihadapi oleh kegiatan ekspor ini yang memang sangat patut untuk segera diselesaikan dan ditangani oleh pemerintah. Masalah ini tentu tidak hanya menyangkut tiga pelaku usaha yang tengah bermasalah tersebut.

Soedono Salim


alt 
Soedono Salim
JAKARTA, PedomanNEWS - Setelah terpuruk pasca reformasi Mei 1998 seiring dengan jatuhnya Soeharto sandaran Soedono Salim, dalam 14 tahun reformasi konglomerat Salim Group kembali ke puncak kejayaan di tahun 2012 menduduki posisi kedua konglomerat Indonesia dengan pendapatan (revenue) USD 13,5 miliar atau setara Rp.134,8 triliun.
Tampaknya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil di angka enam persen di tengah gejolak perekonomian global membuat konglomerat Salim Group mampu mempertahankan posisi keduanya seperti di tahun 2011, tetapi ditopang kenaikan pendapatan signifikan USD2,5 miliar. Pada tahun 2011 pendapatan Salim Group sekitar USD11,0 miliar.
Majalah Globe Asia dalam edisi Agustus 2012 mengeluarkan daftar "Indonesia's 100 Top Groups: 100 Largest Conglomerates" yang menunjukkan pertumbuhan pendapatan yang sangat signifikan dari seluruh konglomerat tersebut dari tahun 2011 ke 2012. Jardine/Astra Internasional yang beroperasi dalam bisnis otomotif, perkebunan, dan pertambangan, mencatat pendapatan USD15,8 miliar atau setara Rp.157,7 triliun menempati peringkat kesatu.

Michael Riady


Michael Riady


JAKARTA - Michael Riady (grup Lippo) dan Axton Salim (grup Salim) adalah dua anak muda generasi ketiga konglomerat Indonesia. Mereka dipersiapkan jadi pewaris tahta kerajaan bisnis orang tuanya.
Group Lippo memiliki Michael Riady (29), Presiden Direktur St Moritz Penthouses Residences. Dia generasi ketiga, anak dari James Riyadi dan cucu taipan Mochtar Riady, pendiri Grup Lippo. Sejak 3 April 2008, lelaki parlente ini menyihir pentas bisnis dan industri properti di Indonesia.
Tak tanggung-tanggung, Michael tampil di garda depan, mewakili PT Lippo Karawaci dengan melansir St Moritz Penthouses and Residences. Mega proyek senilai Rp11 triliun itu merangkum 11 fasilitas properti dan gaya hidup dalam satu area pengembangan yang dibangun secara integral.
Jelas, ini gebrakan besar sekaligus tanggung jawab yang luar biasa berat bagi Michael yang belajar finance dari Orange County University, California, Amerika Serikat itu.
Michael dilahirkan di Jakarta 29 tahun silam. Kesuksesannya memimpin St Moritz Penthouses and Residences menjadi indikator penilaian paling obyektif. Dia bertekad, Grup Lippo sanggup menjadi raja properti kembali.
Michael terjun ke bisnis properti dan bertanggung jawab atas megaproyek superblok St Moritz, Puri Kembangan, Jakarta Barat. Michael yang saat ini CEO St Moritz, sebelumnya pernah ‘berkeliling’ bekerja di berbagai proyek properti Lippo.
Mulai dari Metropolis Town Square dan WTC Matahari Serpong di Tangerang, Cibubur Junction di Jakarta Timur, Bandung Indah Plaza di Bandung, Kemang Village di Jakarta Selatan, dan sekarang St Moritz di Jakarta Barat.
Michael seakan tak pernah berhenti belajar mendalami properti di perusahaan yang didirikan kakeknya, Mochtar Riady. Lahir di Jakarta, September 1980, Michael mengenyam pendidikan TK dan SD reguler di Singapura, SMP Jakarta International School (JIS) di Kelapa Gading Jakarta.
Sempat mengenyam pendidikan SMA Pelita Harapan kelas I, Michael pindah kuliah ke Los Angeles, Amerika Serikat. Dia mengambil jurusan keuangan di California State University, dan sempat bekerja di AIG dan lembaga sekuritas, lalu pindah ke law firm, khusus bidang hukum properti. Akhir 2003, Michael kembali ke Indonesia dan langsung bergabung dengan PT Lippo Karawaci sampai saat ini.